Hampir setiap hari aku memikirkan jalan ini, terlalu sarat
untuk dibicarakan, hanya waktu dari beberapa daun yang gugur atau seberapa jauh
burung-burung itu terbang yang dapat ku hitung. Ternyata rindu ini sudah
berjalan cukup lama, hampir tiga bulan lamanya. Tapi apa yang dapat ku lakukan
untuk menggapai cintaku, sedang aku hanya kunang-kunang dan kamu mentari, kita
begitu jauh.
Aku hanya dapat membelakangimu, menikmatimu dari balik bulan.
Aku mencintaimu, namun apa yang semestinya aku cintai?, ilusi?.
Di satu pagi aku mencoba menembus suatu bayang, aku terbang
mengejarmu, tanpa sinar aku bisa, karena sinarmu itu saja cukup untuk
menumbuhkan semangat di raga ini. Aku terus terbang mencoba untuk menggapai
bayangmu, menyatukan sinarku dan sinarmu, tapi apa?, dilangit aku hanya bertemu
awan, tanpa sambutan, tanpa senyuman, mentari kau dimana?.
Malam kian larut, ku lihat ia menelan utuh dirimu di pangkal
samudera. Lagi-lagi aku hanya dapat menikmati sinarmu dibalik rembulan.
Apa yang salah dari cinta ini?, mengapa begitu sulit untukku
menggapai citaku, mengapa setiap kali aku berusaha menembus awan aku hanya
melihat kesia-siaan, kau hilang, lalu aku?, seketika dipukul mundur oleh
derasnya hujan. Mengapa kau menginginkan aku jatuh?, mengapa?, apa cinta ini
salah?, mentari, sungguh aku butuh jawaban darimu.
Disuatu malam aku tersadar, aku dan kamu hidup dalam ruang
dan dimensi yang berbeda. Aku hidup untuk malam dan akan kembali pada malam.
Sementara kau mentari, hidupmu untuk siang dan akan kembali pada siang, biasmu
hidup dibalik rembulan, sinarmu menembus malam. Tapi sekali lagi itu bukan
kamu, kau hanya serpihan ilusi dibalik bulan, dan aku hanya mencintai sepenggal
dari ilusi yang kau buat. Sinarku dan sinarmu dibatasi oleh dinding waktu,
entah sampai saat yang tak kunjung datang.
Jadi cinta ini hanya harapan dan angan, bukan cita-cita atau
sesuatu perwujudan yang akan terwujud, ya tak akan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar